Tentang Kami
Social WorkerLAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menteri Agama RI No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat, melalui
Dikutip dari buku Kisah Inspiratif Para Pemimpin Muhammadiyah karya Sukriyanto AR
Walaupun KHA Dahlan, pendiri Muhammadiyah, adalah seorang pedagang, tapi terkadang juga mengalami masa ‘paceklik’ atau krisis. Di suatu sore, saat KHA Dahlan mengalami masa ‘paceklik’ itu, datanglah seorang tamu dari suatu tempat yang jauh. Setelah berbincang-bincang hingga waktu Maghrib, tamu itu diajak KHA Dahlan ke masjid untuk salat berjamaah.
Sebelum berangkat, KHA Dahlan berpesan pada Nyai Walidah, istrinya, agar menyiapkan makan malam untuk tamunya. Permintaan itu ditanggapi oleh Nyai Walidah bahwa saat itu keuangan mereka sedang krisis. Nasi tinggal satu porsi dengan lauk sederhana yang semestinya jatah KHA Dahlan.
KHA Dahlan menjawab sambil tersenyum. “Kalau begitu nasi itu disiapkan saja di meja makan dan disiapkan pula piring kosong dengan sendok dan garpu. Jangan lupa air putih. Nanti, piring yang ada nasinya diletakkan di sebelah sana, dan yang kosong di sebelah sini. Nanti saya duduk di sebelah sini,” kata KHA Dahlan.
Setelah salat Maghrib, KHA Dahlan meminta agar tamunya tak pulang dulu, menunggu waktu Isya dan berjamaah sekalian. Setelahnya, tamu diajak pulang dan langsung diarahkan ke meja makan. Lampu di ujung ruangan itu sengaja tak dinyalakan, dibiarkan gelap.
Sesuai ‘skenario’, KHA Dahlan duduk di kursi di hadapan piring kosong dan tamu duduk di hadapan piring yang berisi nasi dan lauk sederhana. KHA Dahlan berkata pada tamunya, “Mohon maaf kamarnya gelap, karena lampunya sedang dipakai di tempat lain. Jadi kita makan dalam keadaan gelap. Mari makan.”
Lalu, KHA Dahlan bersandiwara. Pura-pura makan dengan mengadu sendok dan garpu ke piring sehingga terdengar seperti suara orang makan. Sesekali, di sela-sela, KHA Dahlan menyeruput air putih. Sang tamu bisa makan dengan santai hingga tuntas.
Dalam keadaan gelap, tentu saja sang tamu tidak tahu kalau KHA Dahlan sedang bersandiwara, seolah-olah makan malam bersama. Begitulah cara KHA Dahlan menghormati dan menjamu tamu. Kisah ini baru diceritakan oleh Nyai Walidah setelah lama KHA Dahlan wafat.