Kaya atau Miskin adalah Pilihan

Sebagai agama Islam mewajibkan umatnya untuk kaya. Islam bahkan melarang umatnya untuk mati dengan meninggalkan keluarganya dalam keadaan miskin. “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu hendadklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS an-Nisa’: 9)

Selain itu, jika kita mencermati Rukun Islam, hanya ada satu rukun yang tidak memerlukan harta benda atau kekayaan untuk melaksanakannya. Yaitu syahadat. Empat rukun lainnya bisa kita lakukan jika kita memilki harta untuk melakukannya.

Salat, bisa kita lakukan jika tubuh kita sehat dan memiliki energi untuk melaksanakan salat. Untuk sehat dan memiliki energi, tentu saja kita perlu makanan. Selanjutnya, puasa bsa kita lakukan jika kita memilik energi dan sehat untuk melakukannya. Kita memerlukan makanan yang cukup untuk sahur dan berbuka.

Zakat, Rukun Islam ke-empat kita tunaikan dengan cara menyalurkan bahan pangan pokok kepada yang membutuhkan.Sehingga, terlebih dahulu kita harus memunyai bahan pokok lebih untuk diri sendiri dan keluarga agar mampu melaksanakan ibadah wajib ini. Terakhir, ibadah haji yang jelas-jelas bisa kita laksanakan bila mampu karena membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Alhha sangat menyukai hamba-Nya yang bekerja keras. “Dan katakanlah, ‘Bekerjala kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nyadan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah: 105)

Jika kita mengaku sebagai umat Rasul, maka alangkah malunya jika kita tidak mengambil teladan darinya. Seperti kita ketahui dari banyak kisah, Rasul adalah pekerja keras nan jujur. Beliau berdagang dari satu kota ke kota lain, dari satu negeri ke negeri yang lain. Pertemuannya dengan jodohnya, Khadijah pun dimulai dari rasa percaya dan kekaguman yang membuncah karena hubungan kerjasama dari ummul mukminin kepada Rasul yang masih muda belia saat itu. 

Dalam sebuah kisah, disebutkan seorang sahabat menyembunyikan tangannya saat bertemua Rasul. Ia malu lantaran tangannya yang kasar karena profesinya sebagai penebang kayu. Yang terjadi justru sebaliknya, Rasul meraih tangan sahabat itu, menciumnya dan mengatakan bahwa tangan pekerja keras sepertinya-lah yang haram oleh api neraka.

Rasulullah sangat tidak menyukai umatnya yang malas bekerja. Dalam sebuah hadis, Rasul menegaskan, “Yang sangat menakutkan atas umatku adalah banyak makan, lama tidur, serta malas.. Pengangguran hanya akan menjadikan seorang manusia menjadi keras hati.” (HR Al-Syihaab) 

Menjadi miskin atau menjadi kaya adalah pilihan. Dengan harta dan kekayaan, kita dapat memuliakan keluarga. Dengan harta dan kekayaan, kita dapat membantu orang-orang di sekitar kita yang kekurangan. Dengan harta dan kekayaan, kita dapat membantu membangun masjid, sekolah, rumah sakit, tempat belajar al-Quran. Dengan berdirinya berbagai fasilitas itu, banyak kebaikan dapat dilakukan, dan in syaa Allah banyak kebaikan mengalir pula pada diri kita.

Kemiskinan sejatinya tak hanya soal tak punya harta. Secara umum, kemiskinan disebabkan karena kurangnya pendapatan sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehar-hari. Namun, dalam makna yang lebih luas, kemiskinan bisa bermakna lebih luas lagi.

Selain miskin, ada golongan orang yang tidak berdaya. Akibat miskin pendapatan, menyebabkan golongan ini tidak dapat memperoleh keadilan atau persamaan hak di masyarakat. Kemiskinan juga menyebabkan seseorang rentan dalam menghadapi situasi darurat yang memerlukan pendapatan lebih untuk menghadapinya.

Keterbatasan pendapatan dapat pula menyebabkan seseorang memiliki ketergantungan terhadap orang atau pihak lain. Dalam kehidupan sosial, orang-orang yang rendah secara pendapatan juga berdampak diasingkan dalam masyarakat, menjadi kaum marjinal terutama di kota-kota yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. 

James Gwee, seorang trainer dan pembicara memiliki prinsip yang sangat terkenal. Ia berpendapat bahwa jika seseorang terlahir dalam keadaan miskin, itu bukan kesalahannya. Tapi, jika seseoang mati dalam keadaan miskin, itu adalah kesalahannya sebab tak memanfaatkan masa hidupnya dengan maksimal. Kalimat ini harusnya menjadi motivasi agar kita bergerak lebih banyak, bekerja lebih keras.

Menjadi kaya memang tak melulu soal harta yang bertumpuk-tumpuk. Justru kita menjadi kaya dengan membagi banyak harta yang kita punya pada mereka yang berhak menerima. Kita bisa kaya ilmu dan membagikannya pada banyak orang, bijaksana dan berbagi nasihat dengan mereka yang lemah, membagi kekuatan dan spirit dengan mereka yang tak memiliki kekuatan, kaya jaringan dan pergaulan sehingga menjadi jembatan dan manfaat bagi banyak orang.

Kita bisa memilih menjadi kaya yang diridai Allah, atau kaya yang dimurkaiNya. Bisa pula menjadi kaum dhuafa yang lemah harta, iman, dan ilmu. Semua pilihan ada di tangan kita. Namun, tak ada salahnya kita selalu merasa lapar. Lapar akan ilmu sehingga terus belajar, lapar akan kebaikan sehingga terus beramal, lapar akan harta sehingga terus bekerja untuk kebaikan diri dan banyak orang. (ich)

Lazismu Kabupaten Mojokerto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga Berita yang Lain

Open chat
Ada yang bisa Kami Bantu?
Selamat Datang!
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Kami melalui Whatsapp.