Pendidikan Seks untuk Anak, Apa yang Perlu Diberikan?

Oleh: Isnatul Chasanah, S. Psi.

Ayah Bunda, di edisi lalu kita sudah membahas pentingnya pendidikan seks untuk anak. Pendidikan seks untuk anak bukan hal tabu untuk dibicarakan. Justru, sangat penting karena dapat menjalin kepercayaan antara orang tua dan anak, mencegah dampak buruk media dan lingkungan, serta mengajarkan pada anak cara mengerti dan menghargai diri dan tubuhnya.

Pendidikan seks perlu diberikan pada anak secara bertahap sesuai dengan tumbuh kembang anak. Yakni menyesuaikan dengan tingkat pemahaman anak serta kemampuan bahasanya. Lalu, apa saja yang perlu diajarkan pada anak sesuai tahapan perkembangannya?

Usia 0-3 Tahun: Beri Tahu Namanya

Ayah Bunda, mengajarkan pada anak nama bagian tubuh yang sebenarnya bukan hal buruk kok. Misalnya, mulai ajak anak menyebut alat kelaminnya dengan ‘penis’, bukan kata ganti lain seperti burung, titit, meme atau kata ganti lain.

Di usia ini, Ayah Bunda juga bisa mulai mengenalkan perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan dengan bahasa sederhana. Misalnya, alat yang dipakai pipis untuk anak laki-laki dan perempuan yang berbeda.

Usia 3-5 Tahun: Jangan Tolak Pertanyaan Anak

Ayah Bunda, si kecil makin aktif dan cerewet ya? Mereka bahkan menanyakan satu persatu hal yang dilihat atau didengarnya. Jangan tolak atau tidak menjawab pertanyaan mereka ya. Di fase ini, orang tua bisa mulai mengobrol lebih dalam dengan anak tentang bagian tubuhnya. Di usia ini, banyak hal yang mulai harus diajarkan pada anak seiring dengan perkembangan fisik dan motorik (gerak) anak.

Tunjukkan bagian mana yang bersifat privat dan hanya boleh disentuh dan dilihat oleh dirinya dan orang lain. Ada empat bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain selain diri anak dan orang tua, yaitu bibir, dada, alat kemaluan, dan pantat.

Selain mengajarkan pada anak tentang hal tersebut, Ayah Bunda juga mulai harus menghargai ketika anak tidak mau disentuh. Contohnya, ketika asik bermain gelitikan, anak meminta berhenti, maka Ayah Bunda harus berhenti dari aktivitas menggelitik tubuh anak. Ini adalah cara anak belajar menghargai tubuhnya dan tubuh orang lain. Bahwa ia punya hak atas tubuhnya, sekalipun terhadap orang yang boleh menyentuh tubuhnya seperti orang tua. Tanyakan pada anak, hal apa yang membuatnya nyaman atau tidak nyaman atas tubuhnya ya Bun.

Usia 5-8 Tahun: Batasan Bergaul

Di usia ini, anak mulai masuk sekolah. Sehingga, pergaulan anak akan semakin luas. Tidak hanya orang tua atau keluarga di rumah, tapi juga teman-teman dan gurunya. Orang tua harus lebih melebarkan ruang untuk anak bertanya.

Selain itu, sempatkan waktu setiap hari untuk anak bercerita tentang kesehariannya di sekolah. Beri tahu anak batasan-batasan bergaul dengan teman, terutama teman lawan jenis. Bila anak terbiasa bercerita dengan orang tua, in syaa Allah orang tua akan bisa mengontrol pergaulan anak dengan baik, anak pun akan terbuka dengan hal-hal yang dialaminya.

Ayah Bunda juga harus lebih mawas dengan media sosial yang mungkin mulai dimainkan Ananda yaa. Ingat, menjadi orang tua juga harus mengikuti perkembangan zaman supaya nggak kalah update dengan anak.

Usia 9-11 Tahun: Masa Pubertas

Anak mulai memasuki masa pubertas. Banyak hal baru yang akan dialami anak laki-laki maupun  perempuan di usia ini. Jadi, jangan lupa untuk mulai mengajarkan tentang kehidupan masa pubertas ya. Misalnya ajarkan anak cara mandi besar bila sudah mulai menstruasi untuk anak perempuan atau mengalami mimpi basah untuk anak laki-laki.

Mulailah pengetahuan tentang reproduksi kepada anak. Sejak dini anak mengetahui ilmunya, lebih dini pula anak akan menjaga kesehatan reproduksinya ya.

Usia 12-15 Tahun: Kehidupan Remaja

Ayah Bunda, anak mungkin mulai bisa mendebat di usia ini. Dinginkan kepala dan hati. Di fase inilah orang tua harus mulai berperan sebagai teman, sehingga anak nyaman berdiskusi. Jika anak mulai tertarik dengan lawan jenis, ajarkan adab bergaul yang baik dengan lawan jenis. 

Ingat ya Bun, jangan lawan anak. Sebab, semakin dilawan, mereka akan semakin tampak keras kepala. Jawab setiap pertanyaan mereka tanpa menghakimi.

Menjadi orang tua adalah belajar seumur hidup. Sebelum ‘terjun’ mengajarkan berbagai hal pada anak, orang tua pun juga harus terus belajar ya Ayah Bunda. 

Lazismu Kabupaten Mojokerto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga Berita yang Lain

Open chat
Ada yang bisa Kami Bantu?
Selamat Datang!
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Kami melalui Whatsapp.