Tentang Kami
Social WorkerLAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menteri Agama RI No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat, melalui
Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada orang tua. Tidak semua orang tua ‘beruntung’ mendapatkan amanah tersebut. Oleh karena itu, siapapun kita yang diberi nikmat tak terhingga oleh Allah ini, haruslah berusaha dengan baik untuk merawat, menjaga, mengasuh, dan mendidiknya dengan optimal.
Anak perempuan dan laki-laki diciptakan oleh Allah sama mulianya. Dengan segenap kemampuan berpikir dan bergerak, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan berbeda namun setara. Orang tua harus mengenali perbedaan-perbedaan yang terjadi di antara anak laki-laki, termasuk cara mendidiknya.
Dalam pandangan masyarakat kita, anak laki-laki seringkali dianggap lebih kuat ketimbang anak perempuan, tidak boleh menangis karena dianggap cengeng, calon pemimpin, tidak boleh bermain dengan teman perempuan, tidak boleh menyukai warna-warna tertentu seperti warna merah muda, bahkan tidak perlu bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Hayo, siapa Ayah Bunda yang masih berpikiran seperti itu?
Nyatanya, anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda kecuali hal-hal yang bersifat kodrat, seperti yang berkaitan dengan tugas reproduksi di masa dewasa (menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui). Selebihnya? Anak laki-laki juga boleh melakukan dan menyukai berbagai hal. Lalu, apa saja yang sebaiknya dilakukan orang tua dalam mendidik anak laki-laki?
Teladan dari Orang Terdekat
Anak adalah peniru ulung. Keluarga, terutama sosok ayah adalah contoh terdekat yang akan diperhatikan dan ditiru anak. Anak laki-laki melihat bagaimana Ayah dan Ibunya bersikap terhadap orang lain. Misalnya kepada pasangan kakek-nenek, kepada orang dewasa lain, atau kepada anak-anak.
Ketika Ayah memerlakukan Ibu dengan baik, saling berdiskusi dan berbagi pendapat dalam berbagai hal, saling membantu pekerjaan rumah, maka anak pun akan membawa hal itu hingga dewasa.
Berbicara dengan Baik dan Sopan
Ketika anak terbiasa menyaksikan orang tuanya berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan, maka anak akan mengambil kesimpulan bahwa cara berbicara yang baik dengan orang lain adalah dengan baik dan sopan. Tapi ketika anak biasa menyaksikan orang tuanya berbicara dengan nada tinggi dan kata-kata yang kasar, maka anak pun akan menganggap itu sebagai hal yang biasa.
Tentu saja, kita ingin anak laki-laki kita tumbuh menjadi anak yang baik dan sopan tutur katanya kepada orang lain kan? Hal ini juga akan mengajarkan pada anak bagaimana menghargai perempuan kelak saat ia dewasa dengan tutur kata yang baik dan sopan.
Menunjukkan Simpati dan Empati
Ayah Bunda, bedakan ya kapan anak harus dibantu dan kapan kita mengajarkan mereka melakukan beberapa hal sendiri. Saat berusia di di bawah tiga tahun, beberapa hal memang belum bisa dilakukan anak, sehingga mereka meminta bantuan orang tua. Jika kita tanggap membantu, anak akan terbangun simpati dan empatinya untuk ringan tangan membantu orang lain.
Begitu juga saat anak kerap melihat kita membantu orang lain, maka jiwa simpati dan empati anak akan terbangun sejak kecil. Contoh kecil saat kita membantu orang tua menyeberang jalan. Kelak, anak juga akan ringan tangan membantu orang lain yang memerlukan bantuan. Ajarkan juga tiga kata penting “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih” ya.
Ajak Mengerjakan Pekerjaan Rumah
Pekerjaan rumah bisa dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Jadi, tak ada salahnya lo orang tua mengajak anak laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah. Misalnya saat ibu memasak, anak membantu mencuci sayur atau menyiapkan bahan yang dibutuhkan. Saat ayah mencuci motor, anak diajak menyiapkan perlengkapannya. Bisa juga anak dibiasakan membersihkan kamarnya saat bangun tidur.
Kebiasaan ini akan mengajarkan anak untuk tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Kelak, ketika hidup dewasa dan berumah tangga, anak akan dengan sigap dan rela hati melakukan aktivitas rumah tangga tanpa membedakan pekerjaan laki-laki atau perempuan.
Kontak Mata saat Berbicara dengan Anak
Siapa Ayah Bunda yang mendengarkan anak bicara sambil menonton TV atau melihat layar HP? Kelihatannya sepele, tapi jika orang tua terbiasa kontak mata dengan anak saat berbicara, kepercayaan diri anak akan terbangun dengan baik. Selain itu, anak juga akan belajar menghargai dan menghormati orang lain. Percaya deh, saat dewasa nanti, anak tidak akan berbicara dengan orang lain “nyambi” melakukan aktiitas yang lain.
Mohon Pertolongan Allah
Yang paling penting dari semua usaha kita mendidik anak, selalu libatkan Allah agar kita diberi kemudahan dalam mengasuh dan mendidik anak-anak kita.(*)